Biografi Abubakar As-Sakran bin Abdurrahman Assegaf
Biografi Abubakar As-Sakran bin Abdurrahman Assegaf
Imam
Abubakar as-sakran lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik dalam
rumah kemuliaan, ketaqwaan dan ilmu. Beliau seorang yang hafal alquran
dan menamatkannya pada setiap pagi hari. Imam Abubakar merupakan
kesayangan ayah dan saudara-saudaranya. Beliau dinamakan as-sakran
karena jika sedang beribadah kepada Allah swt melupakan segala aktivitas
lainnya tenggelam dalam suasana dzikir kepada Allah swt.
Berkata
saudara belia syaikh Ahmad bin Abdurrahman Assegaf, ‘Saya melihat
mahkota guru besar berada di atas kepala saudaraku Abibakar’. Syaikh
Umar Muhdahr berkata, ‘Jika keluarga Abdurrahman Assegaf diberi suatu
kemuliaan maka cukuplah saudaraku Abubakar merupakan kemuliaan itu’.
Imam Abubakar as-sakran berkata, ‘Derajatku sama dengan kakekku Muhammad
bin Ali al-Faqih al-Muqaddam yang mempunyai maqam auliya’. Beliau
berkata pula, ‘Kakekku Ali bin Alwi telah member dua keistimewaan
kepadaku, pertama aku mempunyai anak bernama Abdullah dan kedua aku
mengetahui segala sesuatu yang berada antara Arasy dan Poros bumi’.
Imam
Abubakar assakran adalah seorang yang sangat takut kepada Allah swt,
beliau pernah menyendiri mengasingkan diri dari keramaian selama sebelas
bulan tidak tidur baik malam maupun siang. Beliau dapat menyaksikan
ka’bah dan apa yang ada di sekitarnya dari kota Tarim. Beliau seorang
yang selalu tenggelam dalam dzikir dan doa kepada Allah swt, bertawassul
kepada para auliya’ dan selalu bersikap khusnu dzhon, banyak mendoakan
anak-anaknya.
Syaikh
Ali bin Abibakar Assakran dalam kitabnya al-Barkah al-Musyiqah
menyatakan, …beliau adalah salah satu wali besar ahli ma’rifah yang
sempurna dalam jalan kefakiran, pemaaf dan penyantun, tempat mengalirnya
ilmu-ilmu syariah tanpa bisa dibendung, mempunyai kedudukan yang agung,
suka berkhalwat.
Pada
suatu hari seorang lelaki ingin meminang seorang wanita, syaikh
Abubakar berkata, ‘lelaki ini tidak akan menikah dengan wanita tersebut,
akan tetapi ia akan menikah dengan ibu wanita tersebut. Kejadian
tersebut terbukti dengan cerainya ibu wanita itu dengan suaminya dan
kawin dengan lelaki yang meminang anak gadisnya.
Ditulis dalam Biografi Ahlu Bait
0 komentar: