Doa Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi

"Ya Allah Sesungguhnya kami berlepas diri kepadaMU dari segala Aqidah yang tidak dipegang oleh para salaf kami yang sholeh"

Abdullah bin Saba` Tokoh Fiktif?

Abdullah bin Saba` Tokoh Fiktif?

Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu dielu-elukan oleh orang syi`ah modern dan orang orentalis, agar mereka bisa diterima ditengah-tengah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah.
Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan Abdullah bin Saba, sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya :
1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, yang teksnya: Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali `alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba. Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk San`a, seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al Madain….Ref : Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971) hal : 22, 23.
2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr, Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : Wahai Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain Ref : Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbu`ati `athani, Teheran 1963.
3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat barita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalu ia menyebutkan satu contoh, yaitu bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuh puluh saksi atas kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi.Ref : Firaqus Syi`ah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931.
4) AL Kisysyi mencantumkan (dari tokoh-tokoh abad ke empat) beberapa riwayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya, dan ini sebagiannya: Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al Qummi, ia berkata : telah menceritakan kepada saya Sa`ad bin Abdillah bin Abi Khalaf Al Qummi, ia berkata telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin Abdillah bin Sinan telah berkata : telah menceritakan kepada saya Abu Ja`far Alaihis Salam : sesungguhnya Abdullah bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam, sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata : Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya : Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebanaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata : syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu.Ref : Al Kisysyi : Rajalul Kasysyi hal : 98, 99, Ma`rifatu Akhbaarir Rijaal (al mathba`ah al musthafawiyah 1317) hal : 70.
5) Abu Hatim Ar Razi (322H) (bukan Abu Hatim Sunni karena ia meninggal th 277 H) menyebutkan bahwasanya Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikuti perkataannya dari kalangan As Sabaiyah, adalah mereka mendakwakan sesungguhnya Ali adalah Tuhan dan beliau menghidupkan orang mati, dan mendakwakah menghilangnya Ali setelah meninggal dunia dan berhenti sebatas itu… Ref : Az Zinah Fil Kalimaatil Islamiyah Al `Arabiyah, hal : 305. ditahqiq oleh DR. Abdullah bin Salum As Samiraai (terbitan Daarul Huriyah litaba`ah, di baghdad 1392 H / 1972).
6) Berkata syeikh golongan ini : Abu Ja`far Muhammad bin Al Hasan at Thuusi (460 H) tentang Ibnu Saba, bahwa sesungguhnya ia telah kembali kepada kekafiran dan menampakkan pujian yang melampaui batas, kemudian ia menukilkan di kitabnya Tahdziibul Ahkaam sikap Ibnu Saba dimana ia menantang Ali dalam mengangkat kedua tangan ke langit.Ref : At Thuusi Tahdziibul Ahkaam (diterbitkan oleh Darul Kutub Al Islamiyah / Teheran, cetakan ke dua) dita`liq oleh Hasan AL Musawi, 2/322.
7) Al Hasan bin Ali Al Hulliy (726 H) menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).Ref : Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah / An Najfah 1392 H) : 2/71.
8) Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mu`tazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syi`ah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nas (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam.Ref : Tabaqatul Mu`tizilah (diterbitkan oleh Faranz Syatain / cetakan Al Katolikiyah / Bairut hal : 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal : 5.
Ini adalah sebagian kecil dari nash-nash yang dikandung oleh buku-buku syi`ah dan riwayat-riwayat mereka tentang Abdullah bin Saba, dan saya sebutkan di riwayat-riwayat di atas tanpa komentar karena nas itu sendiri sudah cukup untuk memberikan apa yang kita maksudkan di sini, nas-nas itu boleh dikatakan dokumen-dokumen tertulis yang membantah orang-orang dari kalangan syi`ah belakangan ini yang berusaha untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba dan meragui kabar beritanya, dengan dalih sedikitnya berita atau lemahnya sumber-sumber yang menceritakan.
Saif bin Umar At Tamimi
Menurut orang Syi`ah modern Abdulah Bin Saba` hanyalah tokoh fiktif ciptaan Saif bin Umar Tamimi yang disebut pertama kali dalam bukunya berjudul al-Futuh al Kabir wa ar Riddah dani al-jamal wamasiri Ali wa Aisyah (170 H). Mereka juga mengatakan bahwa keberadaan Abdullah bin Saba` ini adalah fiktif, dikarenakan hanya bersumber dari satu orang yaitu Saif At-Tamimi, yang dinilai cacat (oleh ahli jarh wa ta`dil). Tertolaknya riwayat tentang Abdullah bin Saba` bukan hanya karena dalam jalur periwayatannya terdapat Saif At-Tamimi, melainkan bahwa Saif At-Tamimi merupakan sumber tunggal tentang cerita keberadaan Abdullah bin Saba` yang dengan predikat semacam itu maka sudah semestinya setiap kisah dari Saif At-Tamimi tidak bisa dipercaya, baik dalam wacana syari`at maupun tarikh.
Perkataan tentang Saif bin Umar At Tamimi tersebut seakan mereka sedang berusaha untuk menegakkan benang basah, dengan dalih Saif bin Umar At Tamimi haditsnya tidak bisa diterima, maka saya katakan:
Kalau seandainya yang anda cantumkan dari perkataan ulama jarh wa ta`dil tentang Saif bin Umar at Tamimi, bahwa lemah dan haditsnya tidak bisa diterima maka pembicaraan anda terfokus pada Saif bin Umar At Tamimi yang berkapasitas sebagai muhadits (ahli hadits dan yang meriwayatkan hadits). Tapi apa gerangan perkataan ulama tentang dia sebagai orang yang berkapasitas Ahli sejarah, marilah kita kembali ke buku-buku rijal (jarh wa ta`dil):
Berkata Adz Dzahabi : adalah ia sebagai ahli sejarah yang mengetahui (Mizan `Itidal : 2/255).
Berkata Ibnu Hajar : Lemah dalam Hadits, pakar (rujukan) dalam sejarah (Taqriibut Tahdziib no 2724).
Dangan ini habislah lemah dan ditinggalkan yang dinisbatkan ke diri Saif sebab perkataan itu ditujukan dalam segi Hadits bukan dalam segi sejarah. Inilah titik pembahasan kita.
Perlu diketahui, kita harus membedakan antara meriwayatkan hadits dengan yang meriwayatkan sejarah (kisah), maka atas yang pertama (riwayat hadits) hukum-hukum dibangun dan ditegakkan, dilaksanakannya hudud, maka ia berhubungan langsung dengan pokok syariat agama yaitu sunnah nabi, dan sinilah ulama selalu sangat hati-hati menentukan syarat-syarat orang yang akan diambil riwayatnya. Berbeda halnya dengan riwayat sejarah (kisah), walaupun tak kalah penting -apalagi dalam mengisahkan sejarah sahabat- akan tetapi tidak melahirkan hukum-hukum yang lazim dari ajaran agama, karena perkataan seseorang itu bisa dipakai dan dibuang kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi) sebagaimana kata Imam Malik. Sebab semua perkataan nabi menjadi syariat bagi kita, semua yang shahih harus diambil dan tidak boleh ditinggalkan.
Sebagai argumen yang memperkuat perkataan kita bahwa Saif bin Umar at Tamimi ini adalah umdah, pokok, dan tempat bersandar dalam masalah sejarah, diantaranya:
1) Bahwa Imam Thobari menukil darinya kejadian-kejadian fitnah lebih banyak daripada yang lain, sampai-sampai ia berpatokkan kepadanya. (lihat At Thobari :4/344).
2) Kemudian Adz Dzahabi menjadikan Saif adalah salah satu sumber yang dipegangnya dalam kitabnya Tarikhul Islam. (lihat tarikhul Islam : 1/14,15).
3) Adapun Ibnu Katsir ia lebih cenderung untuk menshahihkan riwayat Saif dalam kronologi terbunuhnya Utsman, walaupun ia mencatumkan lebih dari satu riwayat dalam bab itu, perlu diketahui bahwa di bab itu ada riwayat Khalifah bin Khayat (salah seorang guru Bukhari) dan riwayatnya lebih kuat dari riwayat Saif. (lihat bidayah wan nihayah : 7/203).
Dari pandangan ahli sejarah yang terdahulu kita meninjau pendapat ahli sejarah masa kini tentang Saif bin Umar At Tamimi :
Muhibbuddin Al Kahthib berkata tentang Saif : …. Dan beliau adalah ahli sejarah yang paling mengetahui tetang sejarah Iraq
Dan darinya dari guru-gurunya ia berkata : dan ia orang yang lebih mengetahui dari kalangan ahli sejarah tetang kejadian di Iraq.
Berkata Ahmad Ratib `Armusy : dan jelas dari referensi buku-buku biografi, bahwa sesungguhnya Saif tidak termasuk perowi hadits yang diandalkan (dipercayai), akan tetapi pengarang-pengarang buku biografi itu sepakat bahwa dia adalah pakar / pemimpin dalam sejarah, bahwasanya dia itu adalah ahli sejarah yang mengetahui, dan sungguhn At Thobari telah bersandar kepadanya dalam kejadian-kejadian di masa permualaan Islam. (lihat buku Fitnah wa waqi`atul Jamal, hal : 27)
Adapun Dr. Ammar At Tholibi mengisyaratkan bahwa Saif adalah termasuk ahli sejarah yang terdahulu, karena ia meninggal pada zaman pemerintahan Ar Rasyid (193 H) setelah tahun 170 H. dan dari segi lain ia merupakan rijal Tirmizi (279 H) -orang-orang yang melaluinya Tirmizi meriwayatkan hadits-, dan ia (Tirmizi) belum menyanggah riwayatnya akan perowi lain. Dan tidak seorangpun dari kalangan ahli hadits dan ahli sejarah yang membantah khabarnya (riwayatnya) khususnya berhubungan dengan Ibnu Saba. (lihat buku : Araa` Khawarij : 77).
Kita tambahkan lagi di sini bahwa sesungguhnya orang-orang yang menghukum Saif itu lemah (dalam hadits), dan berbicara tentang dirinya, mereka meyebutkan Ibnu saba, dan mereka tidak mengingkarinya, seperti : Ibnu Hibban (Al Majruhiin 1/208 dan 2/253), Adz Dzahabi (Al Mughni fi Du`afaa` 1/399 dan di Mizanul `Itidal 2/426) dan Ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/290).
Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba, bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah terdahulu yang menjadi pegangan mereka. Dan sesungguhnya orang yang berusaha mengkaburkan dan mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba, sama dengan orang yang mengingkari cahaya matahari pada siang bolong yang terang benderang. Dan sama dengan orang yang mengingkari keberadaan Khumaini celaka yang telah meninggal

Napoleon Bonaparte is a Muslim

Napoleon Bonaparte is a Muslim

Napoleon Bonaparte adalah Seorang Muslim

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. 
Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.      

Karier militer Napoleon menyuguhkan paradoks yang menarik. Kegeniusan gerakan taktiknya amat memukau, dan bila diukur dari segi itu semata, bisa jadi dia bisa dianggap seorang jendral terbesar sepanjang jaman. Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.

Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya di hadapan dunia Internasional. Namanya berubah menjadi ‘Aly (Ali) Napoleon Bonaparte’.


Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?


Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat di majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura.


“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?”


“The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”


“Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya?” (Lihat Kejadian 19:30-38)


“Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”


Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :


“Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”


“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.”


Selanjutnya :


“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”

“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”


Akhirnya ia berkata :


“In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”


“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.”


Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran setelah membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab. Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua cerita yang melatar belakanginya.


Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I’Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut: “I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur’an wich alone can lead men to happiness.”


“Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur’an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”


Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau:


- Buku ‘Satanic Voices – Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61.


- Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa beliau masuk Islam pada tahun 1798.


- Buku ‘Napoleon And Islam’ dengan penulis C. Cherfils (ISBN: 967-61-0898-7).


Islam hadir tidak hanya mayoritas di suatu negara tapi juga sebagai minoritas khususnya di benua Eropa dan Amerika. Napoleon Bonaparte adalah salah satu contoh dari pribadi muslim yang sukses sebagai minoritas di Perancis.


Meskipun pada akhirnya Napoleon dimakamkan secara Kristen di Perancis pada tgl 15 Desember 1840 di gereja Paris, namun sepertinya hal tersebut sebagai sesuatu untuk mengaburkan fakta bahwa beliau adalah seorang Muslim. Sama halnya di Indonesia, Pattimura yang seorang muslim bahkan cicitnya menyatakan mereka adalah muslim, lalu tiba-tiba menjadi Thomas Mattulesi Pattimura.

Terlepas dari semua hal tersebut, kiranya kita mesti merenungkan ucapan beliau tidak lama setelah mempelajari isi Al-Quran dan sebelum masuk Islam; yang pertama menguntungkan kaum muslimin dan yang kedua membahayakan mereka. Ucapan yang keluar dari mulut politikus besar ini dan menguntungkan kaum muslimin adalah, “Aku telah belajar dari buku ini, dan aku merasa bahwa apabila kaum muslimin mengamalkan aturan-aturan komprehensif buku ini, maka niscaya mereka tidak akan pernah terhinakan.”


Adapun kata-kata yang membahayakan kaum muslimin adalah, “Selama Al-Quran ini berkuasa di tengah-tengah kaum muslimin, dan mereka hidup di bawah naungan ajaran-ajarannya yang sangat istimewa, maka kaum muslimin tidak akan tunduk kepada kita, kecuali bila kita pisahkan antara mereka dengan Al-Quran.”


Wallahu a’lam.


sumber : 
http://www.semuabisnis.com/

Author: Maya Jasanoff



Siapakah Al Imam Ja`far Ash Shadiq?

Siapakah Al Imam Ja`far Ash Shadiq?

Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.
Mereka menukil dari Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan) atau dhaif atau maqthu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain. Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad, karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui dan dan membenarkan hal ini bahwa mereka menerapkan ilmu al jarh wa at ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash Shadiq, mereka menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat, hingga pada akhirnya mereka pada perubahan dan penggantian ayat-ayat Al Qur-an.
Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Ja`far. Padahal para ahli ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
Kitab Rasail Ikhwan Ash Shafa. Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga hijriyah (321 H - 447 H). Sementara Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak bagi Ja`far Ash Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Kitab Al Ja`far, yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
Kitab Ilm Al Bithaqah.
Kitab Al Jadawil atau Jadawil Al Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
Kitab Al Haft.
Kitab Ikhtilaj Al A`dha.
Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah, Tafsir Al Qur-an, Manafi` Al Qur-an, Qira`ah Al Qur-an fi Al Manam, Tafsir Qira`ah As Surah fi Al Manam dan Al Kalam `ala Al Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini adalah kitab-kitab Ja`far Ash Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan Ash Shufi Ath Tharthusi Al Kimai (200 H). Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan amanahnya. Dia memang menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Ja`far Ash Shadiq melainkan Ja`far Al Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad sementara Ja`far Ash Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang telah dinasabkan kepada Ja`far Ash Shadiq ini.
Sekapur Sirih Tentang Kehidupan Ja`far Ash Shadiq
Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Begitu pula ia adalah keturunan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Ja`far Ash Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Dia dilahirkan di Madinah tahun 80 H dian wafat tahun 148 H dalam usia mendekati 68 tahun. Dia wafat di tempat dia dilahirkan yaitu Madinah. Dia meninggalkan tujuh putra: Ismail, Abdullah, Musa Al Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan Fathimah.
Dia benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal dari diri Ja`far selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu digelar ash shadiq. Dia juga digelari al imam oleh ahlus sunnah karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Ja`far menimba ilmu dari para sahabat besar seperti Sahl bin Sa`ad As Sa`idi dan Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan dari ulama tabi`in seperti Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab Az Zuhri, Urwah bin Az Zubair, Muhammad bin Al Munkadir, Abdullah bin Abu Rafi` dan Ikrimah Mawla bin Al Abbas Radhiyallahu anhuma.
Diantara murid-muridnya adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan Ats Tsauri, Syu`bah bin Al Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak memuji dan menyanjung.
Ja`far Ash Shadiq termasuk orang yang sangat mencintas kakeknya Abu Bakar Ash Siddiq dan juga Umar bin Khaththab Radhiyallahu `anhu. Beliau sangat mengagungkan keduanya karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.
Ja`far juga membenci Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh Abdul Jabbar bin Al Abbas Al Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, dia (Ash Shadiq) berkata,
Sesunggunya kalian insya Allah adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, `Barangsiapa mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar maka aku berlepas diri daripadanya`. (Syiar `A`lam An Nubala : 259).
Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka dia berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam pada hari kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya.` Ucapan imam Ash Shadiq seperti ini dia ucapkan dihadapan bapaknya, Imam Muhammad bin Ali Al Baqir dan dia tidak mengingkarinya. (Tarikh Al Islam 6/46)
Hafsh bin Ghayats murid dari Ash Shadiq berkata, Saya mendengar Ja`far bin Muhammad berkata, `Aku tidak mengharapkan syafaat untukku sedikit pun melainkan aku berharap syafaat Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua kali`.
Sebagaimana murid Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa-is Al Mulai mengatakan, Saya mendengar Ibnu Muhammad (Ash Shadiq) berkata, `Allah ta`ala berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar`. (Syiar Alam An Nubala : 260).
Zuhair bin Mu`awiyah berkata, Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad, `Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara` (berlepas diri) dari Abu Bakar dan Umar`. Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah berbara` dari tetanggamu itu, demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar. Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit) maka aku berwasiat kepada pamanku (dari ibu) Abdurrahman bin Al Qasim. (At Taqrib, Ibnu Hajar, Tarikh Al Islam, Adz Dzahabi).
Semua teks ini adalah dari Ja`far Ash Shadiq, secara jelas menjelaskan kecintaanya kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta taqarrubnya kepada Allah dengan wasilah mahabbah dan wala` tersebut. Juga menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` kepada yang bara` dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah agar Allah memutus segala Rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.

Maraji`: Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah